Sayamasih percaya bahwa apalah arti se mangkok daun katuk, se panci teh (yang katanya) pelancar ASI, se gallon mama soya, dan se toplles cookies ASI jika gak rajin menyusui langsung dan atau pumping. Diluar sana banyak busui yang berhasil memberi ASI sampe 2 tahun tanpa booster ASI apapun. Prinsip pengeluaran ASI adalah tergantung permintaan.
Namun Mama tetap perlu berpegangan pada jadwal memompa agar stok ASI selalu aman tersedia. Dengan komitmen kuat seperti ini, banyak Mama yang berhasil melakukan EPing hingga 1 tahun lamanya. Meskipun demikian, sembari tetap EPing, Mama perlu mempertimbangkan untuk melakukan proses relaktasi agar bisa menyusui si Kecil secara langsung.
Bingungputing dapat menyebabkan bayi tidak dapat mengonsumsi ASI secara langsung, makanya diperlukan relaktasi. Babyo App Social Platform dedicated for Pregnant Women and Young Parents in Indonesia
MenyambungSemula Penyusuan Ibu Relaktasi ialah proses penyambungan semula penyusuan susu ibu selepas susu berkurangan atau kering berikutan kurangnya atau tiada langsung penyusuan langsung selama beberapa minggu atau bulan. Relaktasi biasanya melibatkan 2 inisiatif :-Membawa bayi supaya mahu semula minum daripada payudara ibu.
perbedaan ras timbul karena hal hal berikut kecuali. Perjalanan mengAsihi setiap Moms pasti berbeda-beda. Ada yang mulus dari awal sampai akhir, tapi ada juga yang harus mengalami jatuh bangun dalam memberikan ASI pada si kecil. Relaktasi adalah upaya untuk mulai menyusui kembali setelah sempat berhenti. Relaktasi biasanya dilakukan oleh ibu yang sempat berhenti menyusui, namun memutuskan untuk memulai lagi. Seorang ibu bisa saja berhenti menyusui karena alasan sakit atau karena sejak awal memang kesulitan untuk menyusui. Bila ibu sempat berhenti menyusui, tidak ada lagi rangsangan untuk memproduksi ASI dan tubuh akan mengira bahwa ASI sudah diperlukan lagi. Oleh karena itu, produksi ASI akan berkurang dan lama-kelamaan berhenti. Namun, ini tidak berarti ibu tidak bisa menyusui anaknya lagi setelahnya. Walaupun tidak mudah dan membutuhkan ketekunan, ada cara yang bisa dilakukan untuk ibu relaktasi dan mengembalikan produksi ASI. Tips Melakukan Relaktasi Kembali Baca Juga Tahap Pijat Laktasi yang Bantu Lancarkan ASI 1. Persiapkan Mental Sebaiknya, Moms mendiskusikan terlebih dulu alasan-alasan yang memutuskan relaktasi, beritahu Dads dan ajaklah keluarga untuk membantu Moms mempersiapkan mental Bersiap-siaplah untuk menghadapi stres yang mungkin akan Moms alami selama minggu-minggu pertama dimulainya masa relaktasi. Ada kemungkinan bayi menolak menyusu langsung dari payudara Moms, atau bayi akan lebih banyak menangis karena merasa frustasi dengan sedikitnya ASI yang mulai keluar. Mintalah dukungan mental dari orang-orang terdekat di sekitar Moms, selain suami dan keluarga. Misalnya, dokter, konsultan laktasi ataupun teman Moms yang pernah berhasil melakukan kegiatan relaktasi. Mengatur mind set Moms. Sama halnya dengan ketika pertama kali mulai menyusui setelah melahirkan bayi Moms, confidence kepercayaan diri dan commitment komitmen adalah kunci utama keberhasilan program relaktasi. Percaya bahwa Moms akan mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi Moms, dan walaupun awalnya terasa sangat sulit, namun Moms yakin bahwa perjuangan Moms akan membuahkan hasil yang manis, yaitu Air Susu Ibu. 2. Lakukan Persiapan Awal Jika Moms dan Dads telah dengan mantap memutuskan untuk melakukan relaktasi, berikut adalah persiapan awal yang dapat Moms lakukan Pastikan Moms cukup makan dan minum. Mulai meningkatkan konsumsi protein dan cairan ke dalam menu makan Moms sehari-hari untuk membantu mempercepat tubuh dalam memproduksi ASI. Mintalah kepada dokter Moms obat yang dapat membantu tubuh dalam memproduksi ASI, atau mulai mengkonsumsi jamu ataupun jenis makanan lainnya yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Banyak beristirahat. Mulailah mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sekiranya bisa Moms delegasikan, karena Moms akan menghabiskan hampir seluruh waktu Moms bersama bayi Moms selama minggu-minggu pertama program relaktasi. Kurangi jadwal kegiatan Moms diluar rumah, dalam minggu-minggu pertama masa relaktasi sedapat mungkin Moms menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari bersama bayi Moms. Tingkatkan skin to skin contact dengan bayi Moms. Tidurlah bersamanya baik pada malam maupun siang hari, dekaplah dan gendonglah buah hati Moms sesering mungkin. Katakan kepadanya bahwa Moms sangat mencintainya, dan Moms ingin memberikan yang terbaik untuk bayi Moms, yaitu ASI. Sebisanya mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi Moms dikerjakan oleh Moms sendiri. Memandikan, menggantikan popok, menidurkan dan mengajaknya bermain. Berlatih memposisikan bayi pada payudara Moms. Cobalah dengan berbagai cara untuk menemukan kembali posisi yang paling nyaman ketika Moms mulai menyusui. Baca Juga Moms, Yuk Kenali Hiperlaktasi dan Cara Mengatasinya! 3. Atur Waktu untuk Relaktasi Berapa lama relaktasi bisa berhasil dilakukan? Tiap tubuh bereaksi berbeda terhadap upaya relaktasi. Namun, Moms dapat melihat beberapa hasil awal dalam waktu sekitar 2 minggu setelah mencoba. Beberapa ahli percaya bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk berhubungan sama dengan berapa lama sejak Moms disapih dari menyusui. Dalam bukunya, Breastfeeding Answers Made Simple, Nancy Mohrbacher, IBCLC, menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang ada, relaktasi penuh rata-rata membutuhkan waktu sekitar 1 bulan bagi kebanyakan orang. Moms juga bisa gunakan MOOIMOM Hands-Free Electric Breast Pump - Pompa ASI Elektrik Wireless. Menyusui bisa dengan sangat nyaman dan elegan, seluruh ibu di dunia menganjurkan untuk menggunakan produk istimewa ini, dan akhirnya tersedia di Indonesia! Pompa ASI Elektrik dari MOOIMOM ini merupakan produk yang akan mendukung Moms untuk memberikan ASI yang berkualitas bagi Si Kecil.
Salam ASI! Mama, pernah dengar Relaktasi? Relaktasi adalah kembali menyusui bayi setelah sebelumnya tidak/berhenti menyusui. Relaktasi ini memang jadi tantangan berat buat para mama, apalagi kalau tidak didukung oleh keluarga dan lingkungan. Banyak yang menganggap, toh udah enak pake sufor, kok masih mau repot nyusuin lagi. Bagi mama yang sekarang sedang berjuang relaktasi, atau ingin sekali relaktasi namun kurang mendapat dukungan, boleh simak cerita mbak Dwi dari Batam yang berhasil relaktasi setelah 2 bulan tidak pernah menyusui bayinya sejak lahir. Ini bukti bahwa niat kuat dan dukungan banyak pihak, membuat mama berhasil relaktasi. "Halo para mama seKepri. Nama saya Dwi, usia 32 tahun, anak 2 orang. Anak pertama usia 8 tahun, perempuan. Anak kedua, Ridwan, usia 13 bulan. Alhamdulillah sepasang. Cerita saya relaktasi ini pada anak kedua saya. Saya menikah umur 23 tahun, dan sejak menikah memang bekerja. Alhamdulillah Allah SWT menitipkan rezeki, saya hamil anak pertama. Saat itu mertua tinggal bersama dengan kami, sehingga ketika saya harus melahirkan secara SC, mertua banyak membantu. Karena belum begitu mengerti mengurus anak, akhirnya saya hanya menurut pada mertua. Anak tidak diberi ASI, dan fokus saya saat itu hanya kerja, kerja, dan kerja. Urusan anak saya serahkan ke mertua. Waktu itu saya tidak terpikir betapa pentingnya ASI dan betapa ruginya tidak menyusui anak saya. Sangat kurang ilmu saya saat itu. Beberapa tahun kemudian, saya dipercaya Allah untuk hamil lagi, namun keguguran. Begitu terus sampai 3x. Akhirnya saya hamil lagi, dan kali ini saya benar-benar jaga. Apalagi saat di USG saya diberitahu bahwa jenis kelaminnya kali ini laki-laki. Senangnya akan mendapat anak sepasang. Saat itu masih belum ada pikiran akan memberi ASI ke anak kedua saya. Fokusnya bagaimana menjaga agar kandungan ini sehat, dan tidak keguguran lagi. Perkiraan saya melahirkan sekitar Maret 2014. Namun, ternyata air ketuban sudah pecah di awal bulan Februari, saya pun segera di SC. Setelah lahiran, Alhamdulillah anak saya sehat, laki-laki, kami beri nama Ridwan. Namun setelah lahiran itu, bayi tidak dirawat gabung dengan saya. Tetangga dan saudara yang datang menjenguk jadi bertanya, apa bayinya tidak disusuin? Harusnya kan disusuin. Saat itu saya baru mulai berfikir apakah ASI itu penting. Pulang ke rumah dari RS, payudara saya bengkak semua, rasanya nyeri sekali. Tetangga yang datang menyarankan untuk dipijat dahulu, agar bengkaknya kurang. Ada juga yang menyarankan untuk dikompres saja. Saat itu tidak ada yang menyarankan agar payudara diperah pakai tangan dulu, lalu diminumkan ke Ridwan. Saya demam 3 hari, bada sakit semua. Mertua saya tidak bisa membantu karena sedang sakit stroke. Akhirnya Ridwan saya beri susu botol saja di umurnya yang masih semingguan. Sampai umur sebulan, saya bertemu dokter di RS tempat Ridwan diimunisasi. Dokter tersebut bertanya mengapa Ridwan tidak disusuin. Dan saya cukup kecil hati saat itu. Tapi itu berhasil membuka pikiran saya bahwa ASI sangat penting buat anak saya. Saya pikir bahwa Ridwan sebagai laki-laki nanti akan jadi imam bagi keluarganya, tentu perlu asupan terbaik sejak dini dan dididik dengan baik. Mulailah saya rajin browsing di internet, tanya teman, tanya bidan. Yang paling membuat saya yakin adalah bahwa ASI itu dari Allah, tidak boleh disia-siakan. Sekitar bulan April, saat itu Ridwan usia 2 bulan, saya berobat ke Puskesmas Botania. Saat itu dokter yang bertugas, dr. Ika bertanya apakah saya sedang menyusui, karena akan memberi antibiotik. Sayapun langsung mengalir cerita bahwa saya tidak menyusui anak saya. Ternyata dr. Ika adalah seorang Konselor Laktasi. Dr. Ika saat itu meyakinkan saya bahwa ASI saya masih ada, dengan mengajarkan cara memerah pakai tangan. Eh, takjub, Subhanallah, saat diperah itu, ASI saya masih ada di kedua payudara. Saya sangat terharu. Ternyata ASI saya tidak kering. Dr. Ika bertanya apakah saya mau untuk relaktasi, saya awalnya khawatir, apalagi bulan Mei saya harus masuk kerja lagi. Berarti persiapan saya untuk relaktasi ini sekaligus menyetok ASIP buat Ridwan tinggal sebulan lagi. Apa masih cukup? Tapi karena dr. Ika terus meyakinkan saya, dan suami juga mendukung, maka saya mantap mulai program relaktasi dengan dr. Ika. Saat itu saya dijadwalkan untuk bertemu dengan dr. Ika 2 minggu sekali, membawa Ridwan sekalian. Dimulailah program relaktasi saya. Syarat dari dr. Ika cukup sederhana sebelum mulai ini, yaitu niat kuat dan dukungan semua pihak. Saat itu dr. Ika berkomitmen untuk jadi suppoter saya Jadi kapanpun saya down saat relaktasi ini, jam berapapun, dr. Ika siap untuk dicurhatin dan kasih dukungan ke saya. Saya diberi penjelasan tentang manfaat ASI, dan Subhanallah begitu sempurna Allah menciptakan ASI. Begitu rugi bila tidak menyusui. Sayapun berniat kuat untuk belajar menyusui Ridwan, walaupun 'terlambat' 2 bulan. Saya harus stop dot saat memberi sufor ke Ridwan, ganti jadi sendok dan gelas kecil. Saya diajarkan lewat video cara memberi minum bayi dengan cup feeder, lalu saya praktekkan langsung ke Ridwan di depan dr. Ika. Lalu, setiap saat Ridwan bangun, saya harus skin to skin. Kontak kulit antara Ridwan dan saya paling kurang selama 15 menit. Setiap malam sebelum tidur, saya harus meletakkan Ridwan di dada saya. Awalnya dia takut, mungkin aneh, dan kadang dia menolak. Tapi, saya ingat pesan dr. Ika bahwa harus tahan sedikiiiit untuk melihat anak nangis, karena dia lagi bingung. Saya diyakinkan bahwa bayi kita, anak yang telah kita kandung 9 bulan, pasti menyukai mamanya, dan dia menangis bukan karena benci, tapi karena bingung. Jadi saya tahan-tahankan, tetap saya skin to skin dengan Ridwan setiap malam. Terutama setelah dia agak mengantuk. Dr. Ika bilang sebaiknya kasih minum sufor kurangi 10 ml dari yang dosis biasa, lalu dilanjut dengan menyusu langsung dari payudara. Jadi jangan langsung memaksakan bayi menyusu saat dalam keadaan sangat lapar, tentu dia berontak marah karena aliran ASI tidak selancar aliran sufor. Alhamdulillah Ridwan mau menghisap dari puting saya, dan puting saya yang tadinya datar mulai menonjol. Rasanya Subhanallah sangat senang dan terharu saat pertama kali Ridwan bisa menyusu langsung lalu pulas tertidur kekenyangan. Perasaan yang tidak ada duanya, deh. Lalu ada masalah lain, saya harus kembali bekerja, bagaimana dengan ASIP saya yang belum ada stok sama sekali. Dr. Ika menyarankan saya beli pompa ASI, lalu botol ASI untuk menyimpannya. Setiap malam sekitar jam 3 pagi saya disarankan untuk mompa ASI dan harus selalu disyukuri berapapun jumlahnya. Saya ingat saat hanya bisa mengumpulkan 20 ml saat memompa, saya ingat lagi pesan dr. Ika untuk selalu bersyukur. Hasil pompa <24 jam boleh digabung, jadi saat sudah 50 ml, baru saya letakkan di freezer. Setelah menyusui Ridwan, saya pompa payudara sebelahnya lagi, Alhamdulillah lama-kelamaan karena rutin memompa, stok ASIP saya sudah cukup banyak. Saya jadi makin semangat dan percaya diri kembali bekerja, tetap menyusui, sekaligus menyiapkan Ridwan untuk minum ASIP. Akhirnya cuti berakhir, saya kembali kerja. Persiapan berangkat kerja harus selalu bawa pompa ASI, botol ASIP, lap, tas kecil. Kebetulan di kantor saya dapat ruangan sendiri jadi bisa pompa ASI kapan saja. Saya pompa ASI 3 kali sehari, jam 10 pagi, jam 2 siang, dan jam 5 sore. Jam 6 sore pulang bawa ASIP buat Ridwan. Sekali perah dapat 90 ml dan kadang bisa 120 ml. Tidak terasa sekarang Ridwan sudah 13 bulan dan masih menyusu. Seakan gak percaya ya, saya yang dulu sekali pompa cuma dapat 20 ml, sekarang bisa 120ml. Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan menyusui anak saya. Alhamdulillah dipertemukan dengan dr. Ika yang sangat suportif menyemangati saya relaktasi kembali, dan suami serta keluarga yang sangat mendukung. Ridwan sekarang masih menyusu dan masih minum ASIP saat saya tinggal bekerja. Perkembangannya sehat dan jarang sakit. Luar biasa manfaat ASI." Ridwan 13 bulan Hebat ya! Para mama di luar sana yang mau untuk relaktasi atau menyusui kembali, yang penting harus kuat kemauan, keras kepala untuk berhasil menyusui, lalu carilah dukungan. Carilah bantuan, carilah orang yang mengerti dan bisa membantu mewujudkan keinginan kita ini. Tidak ada yang paling indah selain perasaan saat menyusui, bahwa anak kita, sangat bergantung pada kita dan sangat membutuhkan kita, mamanya. Demikian kisah dari Mbak Dwi Nuryani, seorang ibu bekerja dengan 2 anak, yang berhasil relaktasi anak keduanya. Semoga menjadi inspirasi buat mama semua. Salam ASI!
Skip to content Beranda / Ibu dan Anak / Kehamilan / Relaktasi, Tips Menyusui Kembali Setelah ASI Berhenti Relaktasi, Tips Menyusui Kembali Setelah ASI Berhenti Menyusui adalah kewajiban seorang ibu untuk memberikan nutrisi terbaik berupa ASI pada anaknya. Namun kadang ibu mengalami beberapa kendala sehingga produksi ASInya berhenti total. Bagi ibu yang mengalami hal tersebut, bisa melakukan relaktasi agar dapat kembali menyusui ASI yang berhenti dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya ibu harus menjalani rawat inap, stres, atau harus terpisah dari bayi untuk bekerja. Jika ibu memutuskan untuk kembali menyusui anaknya setelah berhenti menyusui tanpa melihat berapa lama laktasi berhenti, hal ini disebut dengan relaktasi atau kembali menyusui. Kegiatan relaktasi juga didasari oleh pemberian susu formula yang tidak cocok bagi bayi, hingga bayinya perlu mendapat perawatan khusus di rumah sakit. Pada beberapa kasus ditemukan bahwa dalam situasi bencana, relaktasi merupakan hal yang wajar dilakukan dan perlu mendapat dukungan banyak pihak. Meskipun terdengar melegakan, namun perlu diingat bahwa relaktasi bukan sebuah proses yang mudah. Upaya ini membutuhkan waktu beberapa minggu tergantung pada usia bayi, jeda waktu berhenti menyusui dan kondisi kesehatan ibu. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi hasil relaktasi, namun upaya relaktasi tetap perlu didukung dan hal ini baik untuk membentuk ikatan antara ibu dan bayi. Untuk memulai melakukan laktasi, perlu diketahui bahwa hisapan bayi adalah hal terbaik untuk merangsang payudara dalam memproduksi dan mengeluarkan ASI. Untuk dapat mengeluarkan ASI secara efektif, bayi harus dapat melekat dengan baik pada payudara. Pastikan bayi melekat dengan baik pada payudara seperti mulut terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, dan areola bagian bawah masuk ke dalam mulut bayi. Pada proses relaktasi, mungkin bayi tidak segera mau melekat dengan baik. Bila bayi mau melekat dan mengisap, ibu bisa menyusuinya dengan memerhatikan proses pelekatannya dengan baik. Susui selama 15-20 menit setiap dua jam. Jika bayi merasa belum tertarik atau tidak nyaman, jangan menyerah. Coba lagi beberapa saat ketika ia mulai mengantuk. Cara lain, Anda bisa menyusui di saat malam hari. Bayi biasanya ingin menyusu ketika malam hari sebegai pengantar tidur. Coba susui bayi saat malam karena hal ini juga berpengaruh pada produksi ASI. Ibu juga bisa mengonsumsi makanan atau suplemen yang dapat meningkatkan produksi ASI. Dengan produksi ASI melimpah, bayi juga akan semakin puas mengisap ASI dari payudara ibu. Jika bayi belum mau menyusu sedangkan produksi ASI cukup banyak, maka ibu bisa memerahnya agar payudara dapat terus memproduksi ASI. Waktu yang dibutuhkan untuk relaktasi sangat bervariasi, umumnya produksi ASI akan lancar setelah 1-6 minggu proses relaktasi, dan ada juga yang lebih cepat, yaitu sekitar 4 minggu. Jika Anda masih dalam proses relaktasi, maka bersabarlah sebelum akhirnya berhasil menyusui kembali bayi Anda. Selamat menyusui!. DokterSehat © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi
Hasil pertemuan pertama saya dengan konselor laktasi tanggal 30 September 2015 adalah saya diarahkan untuk relaktasi. Kali ini cerita bagian pertama pengalaman relaktasi saya, sejak awal relaktasi hingga Akas berusia 6 bulan. Relaktasi saya tidak berhasil dalam waktu singkat, makanya ceritanya jadi panjang lagi, Perjalanan ASI Akas 3 Mencari Konselor Laktasi, dari Bukittinggi hingga BalikpapanOia sebenarnya konselor laktasi saya, dr. N, tidak pernah menyebut kata relaktasi, beliau bilangnya Relaktasi dan SuplementasiPengalaman Memulai Relaktasi7 Oktober 2015, Konsultasi Kedua21 Oktober 2015, Konsultasi Ketiga Akas 4 Bulan28 Oktober 2015, Konsultasi Keempat17 November 2015, Konsultasi Kelima Akas 5 Bulan30 November 2015, Mencoba Konsultasi ke Dokter LainTentang Relaktasi dan SuplementasiDulu saya menyimpulkan makna relaktasi dari arti harfiah aja. Relaktasi = menyusui kembali. Jadi artinya usaha untuk menyusui kembali setelah sebelumnya ibu berhenti menyusui. Berhenti menyusui penyebabnya bisa macam-macam, misal bayi tidak mau lagi menyusu karena bingung puting, ibu dalam pengobatan yang mana obatnya tidak aman untuk bayi, teman saya pernah memberikan link blog dr. Maharani ini. Hanya saja saat itu saya merasa itu bukan solusi yang tepat untuk saya, karena saya selalu menyusui Akas setiap hari. Saya juga ga merasa Akas bingung puting. Di sisi lain saya ga tahu di mana bisa mendapatkan peralatan yang saat dr. N mengajarkan suplementasi saya ga surprise lagi, kan sebelumnya sudah pernah baca. Tapi saya jadi lebih ngerti praktiknya karena langsung dicobakan di saya baru tahu bahwa buat ibu-ibu seperti saya yang masih menyusui tapi bayinya juga minum sufor, lalu ingin berhenti ngasih sufor, juga termasuk Perjalanan ASI Akas 1 Saya Gagal Memberikan ASI EksklusifLalu apa bedanya dengan suplementasi? Ada artikel ini yang bahas, tapi dulu saya agak bingung juga memahaminya. Sekarang saya ambil kesimpulan sendiri aja relaktasi itu ikhtiarnya secara keseluruhan, suplementasi ini teknisnya menggunakan lactation aid.Suplementasi yang diajarkan dr. N sedikit berbeda dengan yang dijelaskan di tulisan dr. N menggunakan nasogatric tube NGT/feeding tube/sonde dengan panjang 100 cm, bukan 40 cm. Nomornya sih sama, juga. Kata dr. N biar alirannya lebih panjang sehingga bayi bisa lebih lama menghisap payudara N ngajarinnya ga perlu pake spuit untuk wadah ASIP/sufornya, cukup masukkan saja ujung NGT-nya itu ke susu dalam botol/gelas. Lebih praktis dan hemat sih rasanya. Saya belakangan pilih pakai botol dan dot, ujung dot saya gunting untuk memasukkan N tidak menyebutkan plester untuk melekatkan NGT di areola, cukup diselipkan aja di sudut mulut bayi saat menyusu. Belakangan saya pake selotip juga untuk nempelin NGT di dada, biar NGT-nya ga gerak-gerak aja sih, itupun selotip biasa aja, hemat, N meresepkan saya Domperidone dengan dosis 3×1 tablet, bukan 3×3 tablet. Tampaknya dr. N kasih saya dosis rendah dulu karena melihat jumlah sufor yang diminum Akas saat itu tidak terlalu banyak, yakni 3×90 mL/ jadinya begini dari pengalaman relaktasi ngikutin prinsip fisika sederhana aja susu di botol ngalir jika bayi menghisap, jika ingin aliran susu lebih deras maka tinggikan posisi botolnya, dan jika ingin alirannya lebih lambat maka rendahkan posisi pengalaman relaktasi dengan memakai suplementasi ini penuh tantangan. Saya masih belum bisa nyiapin susu dan masang NGT-nya sendiri sambil gendong Akas, jadi saya mesti dibantu. Masih belum cekatan juga. Trus kalo Akas udah nangis-nangis, Akas menolak mengisap payudara saya, sementara biar sufornya ngalir Akas mesti mengisap dulu. Jadi saya akali aja dengan ngasih sufornya dulu dengan sendok, sambil coba disodori payudara. Intinya dia mesti dapat susu hal baru ini juga bukan bebas komentar. Saat Akas udah nangis-nangis, dibilang Akas ga bakal mau, kasih sufor pakai dot aja lah. Fyuuuh. Saya udah bertekad kuat untuk stop dosis sufornya sendiri, awalnya saya coba bikin 60 mL untuk sekali nyusu, tapi begitu sufornya habis, Akas masih nangis kenceng. Akhirnya saya pake dosis 90 mL aja kalo 60 mL rasanya kurang. Dan berhubung tiap lapar saya maunya Akas nyusu ke saya, hampir tiap kali menyusui saya pakai suplementasi. Alhasil konsumsi sufornya jadi lebih banyak daripada biasanya, bisa total >400 mL/ juga sih konsumsi sufornya jadi banyak. Tapi dipikir-pikir, biarin aja lah. Tujuan utama saya di awal ini adalah supaya Akas ga nolak nyusu ke saya dalam kondisi terus mencoba, antisipasi supaya perlengkapan suplementasinya siap sebelum Akas nangis-nangis. Alhamdulillah dalam 1 minggu pertama, tujuan saya tercapai. Akas ga pernah nolak nyusu ke saya lagi. Penggunaan dot sudah stop total. Saat bepergian pun saya memilih untuk bawa-bawa boto susu dan NGT itu ketimbang ngasih Akas sufor pakai Oktober 2015, Konsultasi Kedua1 minggu setelah konsultasi pertama itu saya diminta untuk kontrol. Saya ceritakan pengalaman relaktasi saya seminggu ini, bahwa konsumsi sufor jadi bertambah tapi Akas udah ga nolak nyusu sama juga bilang saya merasa isapan Akas ga gitu kuat lagi ke saya. dr. N pun mengecek dengan memasukkan jari beliau pake sarung tangan karet steril tentunya ke mulut Akas dan merasakan seperti apa Akas mengenyot. Katanya sih isapannya masih bagus. Memang masih ada sisa-sisa kebiasaan pake dot, di mana lidahnya diam menunggu susunya ngalir kalo menyusu ke payudara lidah bayi mesti aktif bergerak, tapi ga masalah. Mungkin di saya isapannya ga kerasa kuat karena posisinya udah dosis Domperidone saya dinaikkan jadi pagi-siang-malam 1-2-2 karena tampaknya sebelumnya masih belum bisa ngejar produksi ASI-nya. Saya juga disuruh untuk perlahan-lahan ngurangin sufornya. Saat itu saya minta kontak pribadi dr. N juga biar saya bisa nanya ke beliau sewaktu-waktu. Konsultasi berikutnya dijadwalkan 2 minggu lagi, sekalian pas kontrol bulanan dan imunisasi 2 minggu tersebut, dosis sufor perlahan-lahan bisa dikurangi, hingga bisa maksimal 330 mL/hari. Di samping itu kalau memungkinkan, saya sempatkan untuk memompa ASI 1x di tengah yang bilang sih selama relaktasi janganlah memompa ASI dulu, fokuslah memberikan ASI dengan menyusui secara langsung. Tapi saya pikir di kondisi saya saat itu mending dipompa aja. Akas soalnya tidurnya udah teratur, tidur jam 9 malam, kalau pulas bisa baru kebangun lagi sekitar jam 2 pagi. Di antara jam-jam tersebut rasanya mending ASI-nya dipompa biar payudara saya sempat dikosongkan setelah 2-3 jam pompaan tengah malam itu pun ga banyak. Biasanya dapet 30 mL, udah dari kedua payudara. Tapi alhamdulillah ya, disyukuri Oktober 2015, Konsultasi Ketiga Akas 4 BulanHari itu saya kembali datang ke dr. N untuk konsultasi sekalian kontrol dan imunisasi karena Akas sudah berusia 4 bulan. Berat badan Akas saat itu kg, naik 700 gram dari catatan bulan pengalaman relaktasi, saya laporkan progresnya seperti biasa. dr. N menggarisbawahi bahwa konsumsi sufor yang terus berkurang menandakan ASI saya udah bertambah, tapi mungkin memang masih belum bisa mengejar kebutuhan Akas. Saya mesti rileks lagi dan lebih Domperidone saya dinaikkan lagi jadi pagi-siang-malam 2-2-2. Saya juga tetap lanjut suplementasi sambil terus perlahan ngurangin sufornya, usahakan sehari maksimal cuma 250-275 dari konsultasi ini, konsumsi sufor Akas bisa dikurangi hingga maksimal 240 mL sehari. Buat saya ini kemajuan yang luar biasa. Saya lapor ke dr. N via wa, lalu beliau menyarankan selanjutnya untuk mencoba mengurangi ke 200-250 mL konsultasi di RS waktu itu, saya ga nanya kapan kontrol berikutnya. Saya kira bulan depan aja pas kontrol bulanan Akas. Tapi pas chat di wa, dr. N nanya kapan kontrol lagi, dan akhirnya saya disuruh kontrol 1 minggu Oktober 2015, Konsultasi KeempatSaya kembali ke dr. N sesuai saran beliau. Progresnya, konsumsi sufor sempat turun ke 240 mL/hari, tapi entah kenapa sehari sebelum konsultasi ini jumlah sufornya naik lagi hingga 270 mL/ badan Akas turun 100 gram dari catatan minggu lalu, jadi kg. Saya bingung. dr. N bilang ga masalah, mungkin masalah di timbangannya atau pakaian dan diaper yang bikin beda. Maklum lah nimbangnya dalam kondisi berpakaian lengkap, ga tau diaper isinya berapa demikian, mendengar beratnya dalam seminggu turun, atau anggap lah tetap, bukan naik, saya jadi khawatir. dr. N padahal udah bilang ga apa-apa tapi tetap aja saya kepikiran. Ditambah lagi saya sempat lihat dr. N sedikit mengernyitkan kening pas saya bilang konsumsi sufor naik Domperidone saya dinaikkan lagi jadi pagi-siang-malam 3-2-2. Kata dr. N Domperidone itu sehari maksimal boleh diminum 8 butir, jadi yang saya minum belum dosis konsultasi ini, konsumsi sufor Akas malah makin naik hingga >300 mL/hari. Saya pusing, kenapa ga berkurang sufornya, huhu. Saya wa dr. N, kenapa ya, apa bayi saya emang lagi butuh banyak? Dan kata dr. N, “Bisa bu. Atau ibu yang lagi stres atau sakit jadi produksi ASI-nya turun bu.”Saya ga sakit saat itu. Stres kah? Awalnya saya merasa saya baik-baik aja, ga stres. Tapi begitu diskusi sama suami, suami menilai mungkin saya memang stres karena target pengurangan sufor yang ambisius, yang jadinya justru malah membebani saya. Memang, begitu bisa mencapai angka 240 mL/hari, saya berharap banget bisa segera turun ke <200 mL/hari. Jadilah setiap saat saya dibayang-bayangi angka-angka, sudah berapa mL sufor hari ini? Saya jadi ga rileks. Saya stres. Perjalanan ASI Akas 4 Kenapa ASI Saya Sedikit?Percuma juga denial. Suami nyaranin saya santai aja, ga usah pasang target ambisius lagi. Kalau emang butuh sufornya agak banyak, ya sudah, jangan jadi beban. Sungguh, pengalaman relaktasi ini perjuangan November 2015, Konsultasi Kelima Akas 5 BulanSaat itu Akas sudah hampir berumur 5 bulan. Berat badan Akas kg, cuma naik 100 gram dari catatan saat usianya 4 bulan. Tapi masih dalam batas normal, masih di pita hijau yang sama. Kalau lihat tren berat badan akas di grafik KMS sih idealnya beratnya sekarang bisa mencapai kg. sufor, dalam 3 minggu terakhir saya memang ga berhasil lagi menguranginya ke angka 240 mL/hari, tapi paling tidak angkanya stabil di 300an mL/hari, ga pernah melebihi 400 mL/hari. Sejak suplementasi saya memang selalu mencatat berapa banyak sufor/ASIP yang dikasih ke Akas serta jamnya sehingga lama-lama saya bisa melihat N bilang, dengan sufor yang stabil segitu dan berat badan Akas naik walaupun sedikit, artinya ASI saya udah nambah, tapi memang belum bisa ngejar supaya berat Akas naiknya banyak. Lagi pula di umur segitu katanya memang rada susah ngejar kenaikan berat badan. dr. N bilang kalo saya mau ngejar kenaikan berat badan Akas, pilihannya MPASI dini atau tambah MPASI dini, dari lama saya ga mau, karena selain riskan, saya juga malas nyiapin makanan, haha. Saya juga merasa Akas belum siap untuk makan. dr. N sempat ngecek apakah Akas sudah bisa duduk tegak kalau didudukkan atau minimal berusaha menumpu dengan tangannya sebagai tanda kesiapan makan, tapi ternyata nambah sufor, saya juga merasa berat. Asa gimana gitu, sebelumnya berusaha ngurangin sufor, sekarang malah ditambah. Akhirnya saya ambil jalan tengah aja. Saya ga berusaha ngurangin sufor sebulan ini, tapi juga ga mau nambah, tetap aja pada porsi sekitar 300 mL/hari. Nanti lihat perkembangannya gimana. Lagian kan berat Akas sebenarnya masih wajar, dan sebulan lagi juga udah waktunya November 2015, Mencoba Konsultasi ke Dokter LainUdah 2 bulan pengalaman relaktasi saya, rasanya belum ada progres yang signifikan. Apalagi yang salah? Apalagi yang bisa saya lakukan?Saya pun kepikiran untuk mencoba konsultasi ke dokter lain yang juga di klinik laktasi Siloam Hospital Balikpapan. Niatnya untuk mencari pandangan lain dan mencari tahu apalagi yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan produksi ASI saya. Saya merasa refill ASI saya itu lambat. Lumayan kan kalau dapat pencerahan kenyataan ga sesuai harapan. Baru masuk dan tadinya pengen cerita panjang lebar dulu, keburu dipotong oleh dokter yang sepertinya sudah baca catatan medis saya dari dr. N. Saya ditanyai kenapa saya masih memikirkan perkara ASI saya, bukan kah bayi saya sudah akan MPASI? Beda dengan pasiennya sebelumnya yang memiliki bayi masih Sebenarnya lama banget saya berada di ruangan dokter tersebut, lebih lama dari konsultasi saya dengan dr. N. Banyak hal yang beliau jelaskan, mulai dari hitung-hitungan bahwa ASI saya sudah cukup untuk Akas dengan sufor yang cuma 300 mL/hari, tentang kenapa bayi butuh MPASI di usia 6 bulan, tentang kenapa di usia menjelang MPASI berat badan bayi susah naik bahkan pada bayi yang ASI eksklusif sekalipun, dll. Saya sempat minta diajari cara memerah ASI pake tangan, tapi ternyata saya ga juga bilang minum sufor itu ga segitu buruknya, karena sufor itu sudah difortifikasi dengan zat besi, jadi bisa menurunkan risiko terkena ADB dibanding bayi yang ASI eksklusif. Uh, pasti langsung mikir kan, dokter klinik laktasi kok ngomongnya gitu? Saya juga mikir gitu, tapi sekejap kemudian beliau lanjut ngomong, bahwa bukan berarti beliau pro sufor, tapi ya maksudnya biar saya ga stres amat karena bayinya minum Akas dan Screening Anemia Defisiensi Besi ADBSaat saya bertanya, kira-kira apalagi yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan produksi ASI, lagi-lagi saya dibilangin kenapa masih aja mikirin soal ASI, ini bayinya udah mau mulai lepas dari ASI, saya mestinya sekarang fokus ke MPASI. Saya mesti berpikiran positif aja sekarang, yakin kalo ASI-nya sadar apa yang dijelaskan panjang lebar oleh dokter tersebut banyak benarnya. Hanya saja saya sedih ga dapat jawaban sesuai harapan saya. Saya juga sampai nangis dan bertanya dalam hati, apa sudah segitu terlambatnya atau udah bukan waktunya lagi untuk mengusahakan ASI yang lebih banyak untuk Akas?–Jujur, pengalaman relaktasi ini sangat saya harapkan sebagai upaya yang memberi hasil signifikan dalam mencapai cita-cita full ASI. Tapi rupanya udah hampir 3 bulan mencoba pun saya belum N pernah bilang kalau saat itu belum berhasil, semoga nanti bisa stop sufor setelah Akas MPASI. Baiklah, semoga. Yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah meneruskan ikhtiar saya, jangan pernah yang lagi relaktasi juga? Tetap semangat dan hindari stres ya. 🙂Ada yang punya pengalaman relaktasi? Share yuk. 🙂Salam,
Sejak hamil Saya sudah mengumpulkan banyak ilmu seputar per-ASI-an. Saya pahami dan yakini kalau anak kami bisa mendapatkan ASIX sampai 2 tahun, kami pun sudah menyiapkan segala peralatan perangnya, botol kaca dan plastik ASIP sudah distok sangat banyak, pompa ASI, Cooler Bag, Ice Pack, bahkankami juga mengganti kulkas 1 pintu kami dengan kulkas 2 pintu yang freezernya bisa tahan 8 jam kalau mati listrik, maka Saya pikir persiapan kami ini sudah matang dan Saya sudah siap menjadi Ibu. Setelah melahirkan, tibalah saat paling “menyenangkan” untuk Saya, sampai-sampai Saya merasa ternyata begini ya rasanya menjadi Ibu baru. Jahitan masih sakit, tenaga masih sangat lemah, kelelahan saat melahirkan, kurang tidur, baru mau memejamkan mata tiba-tiba anak nangis mau nyusu, puting lecet, PD bengkak, dll. SAKIT! Saya menjadi stress sehingga sempat ASI nya tidak keluar. Siapa bilang menyusui itu mudah?Suatu saat anak Saya nangis tidak berhenti2, sudah disusui berjam-jam, berpindah dari payudara kanan ke kiri ke kanan lagi, tetap saja menangis, Saya panik! semakin panik semakin merasa terpuruk, menyalahkan diri sendiri, merasa ASI Saya kurang! kesalahan terbesar dalam hidup Saya. Akhirnya setiap kali anak Saya tidak puas menyusu,Saya ambil stok ASIP di freezer, saat itusudah terkumpul +-12 botol, semakin hari stok ASIP di freezer semakin berkurang, Saya pun tidak lagi sempat menyetok ASIP karena anak Saya sedang lahap-lahapnya menyusui. Dan akhirnya stok ASIP pun habis. Akhirnya Saya putuskan untuk membeli sufor, dan berlanjutlah ASI mix sufor usia 1,5bln. Pupus sudah harapan Saya untuk memberi ASIX selama 2 tahun untuk anak Saya. Kala itu Saya tidak tau bahwa anak Saya sedang mengalami Growth Spurt, terbuktilah ternyata ilmu Saya masih sangat kurang mengenai per-ASI-an. Kehidupan berlangsung normal, Saya sudah mulai ceria, ga sakit lagi, ga lelah lagi, Alhamdulillah, Saya semakin menyayangi anak Saya. Sampai akhirnya setiap kali Saya mau menyusui, anak Saya menolak, menjerit, bahkan menangis kalau mau disusui. Astaghfirullah apa lagi ini? Usia anak Saya masih 4 bulan saat itu, akhirnya hanya sufor saja yang masuk, saya pompa ASI hanya saat penuh saja supaya ga bengkak sudah mulai melupakan management ASIP. Lama-lama Saya terlena dengan sufor, dan akhirnya stop pumping. Lagi-lagi Saya ga tau bahwa anak Saya mengalami bingung puting akibat penggunaan dot ini baru Saya ketahui setelah bergabung dengan komunitas EPING. Saat anak Saya usia 6 bulan, tiba2 ada perasaan bersalah saat melihat anak lain yang sedang minum ASI, ya Allah Saya mau relaktasi! Sudah terfikir untuk datang ke klinik laktasi, namun setelah tau biayanya, Saya mundur.. karena saat itu kondisi ekonomi keluarga kami sangat pas-pas an. Akhirnya Saya browsing cara-cara relaktasi tanpa bantuan dokter. Saya membaca bahwa seorang wanita yang mengadopsi anak saja bisa mengeluarkan ASI, jadi Saya optimis pasti bisa! Saya membaca blog seorang dokter, disana Saya mendapatkan info ternyata bisa tanpa bantuan dokter asalkan saat aerola dipencet ASInya masih keluar walau sedikit, YESS!! Saya coba, walau ga disusuin langsung, hanya marmet memerah dengan tangan, prosesnya kurang lebih 1 bulan sampai akhirnya berhasil mengumpulkan 2 botol dalam waktu 24 jam ASI diperah tiap 2 jam, dikumpulkan dalam 24 jam, Saya senang sekali, walaupun ga bisa full ASI, tapi anak Saya masih bisa mencicip ASI setiap hari. Terus mengandalkan marmet/pumping sampai usia anak Saya 8 bulan. Sampai akhirnya ada masalah di kantor Saya, yang membuat Saya tidak bisa lagi konsisten pumping 2 jam sekali, akhirnya Saya menyerah, Saya lelah menjadi EPING Exclusive Pumping. Anak saya pun full sufor kembali. Saat usia anak Saya 11 bulan, masuklah saya ke komunitas Exclusive Pumping Mama Indonesia, disana sangat banyak ternyata ibu-ibu yang tidak bisa menyusui langsung ke anaknya, hanya mengandalkan pumping, stok ASIP, tapi mampu mengASIhi anaknya sampai usia 2 tahun, SALUT! Saya gemetar, merinding sendiri, dan menyesal lagi, kali ini lebih terpuruk, penyesalannya lebih parah dari sebelumnya, kenapa waktu itu Saya menyerah? Kenapa ga dari dulu Saya menemukan komunitas ini? Tangisan pun pecah kembali. Tapi hebatnya, di komunitas tersebut banyak motivasi, banyak bimbingan, banyak yang menyemangati, akhirnya Saya bangkit, dengan niat untuk relaktasi yang kedua kalinya, awalnya Saya pesimis karena sudah 4 bulan stop pumping dari usia anak Saya 8 bulan sampai 11 bulan, tapi Allah maha kuasa, saat Saya pencet ASI masih keluar walau diujung saja JAkhirnya Saya jalani kembali cara relaktasi yang pernah Saya lakukan sebelumnya, Alhamdulillah dalam waktu +-3 bulan usia anak Saya 14 bulan, dalam 1 sesi pumping kanan dan kiri saya bisa mendapatkan 30ml ASIP untuk anak Saya. Kedepannya, apabila Saya diizinkan untuk memiliki anak lagi, Saya akan menebus kesalahan Saya ini, dengan mencari ilmu yang lebih banyak lagi dari sebelumnya, karena ternyata menyusui itu tidaklah semudah yang dibayangkan, dan banyak sekali ilmu yang harus dipelajari untuk bisa mengASIhi Kisah inspiratif oleh Bunda Rani A Abiyudha
pengalaman ibu yang berhasil relaktasi